PAGUYANGAN - Tingginya intensitas hujan akhir-akhir
ini dirasakan dampakny oleh para petani tomat di salah satu wilayah
sentra komoditas sayur Desa Cipetung, Kecamatan Paguyangan.
Menurut Muklis (45) petani setempat, tingginya
intensitas hujan akan berdampak pada semakin tingginya kadar air dalam
tanah yang membawa dampak pada pertumbuhan tanaman.
"Rawan penyakit, termasuk juga tanaman menjadi busuk," ungkapnya, Selasa (27/11).
Menyikapi
hal tersebut, para petani memilih untuk memanen dini tanaman tomatnya
meski belum cukup usia untuk dipanen. "Hal ini untuk menghindari
semakin tingginya resiko kerugian akibat rusaknya tanaman," kata
Muklis.
Dikatakan, dalam kondisi normal tanaman
tomt sudah dapat dipanen pertama kali pada usia 90 hari. Namun karena
kondisi cuaca, maka petani terpaksa memanen lebih dini.Senada dikatakan
Hasan (37), petani lainnya. Hujan yang sering turun kerap membuat
kebun tomatnya berantakan karena bambu yang dipakai menyangga pohon
tomat rusak oleh pergerakan air.
"Posisi kayu
penyangga tomat menjadi tidak benar. Tapi kerusakan yang ditimbulkan
masih dalam batas wajar. Tomat masih bisa dipanen," ujarnya.
Curah
hujan tinggi lanjut dia, juga bisa berdampak menurunya kualitas tomat
yang dihasilkan. Namun demikian, penurunan kualitas tomat masih lebih
baik dibandingkan jika membusuk.
"Jika tomat
membusuk karena kadar air yang berlebihan. Sudah pasti petani akan
merugi karena tomat tidak bisa dilempar ke pasar," katanya.
Sumber: RadarTegal